Ismail Rank

Jumat, 29 Maret 2013

KISAH CINCIN NABI SULAIMAN AS. YANG HILANG

Walaupun Baginda Nabi Sualiman as hebat dan pintar, namun Beliau juga pernah digoda oleh setan atau Iblis.
Dikisahakan oleh Wahab bin Munabbib.
Nabi Sulaiman as ini selalu mengenakan cincin di jarinya dan tidak pernah dilepas baik pada siang ataupun malam, kecuali kalau beliau akan masuk ke kamar kecil barulah cincin itu dilepasnya.
 
 

Pada suatu hari nabi Sulaiman as akan pergi ke kamar kecil, maka cincin tersebut dititipkan kepada bawahan yang dipercayainya. Di atas cincin itu tertulis nama Allah SWT. Ketika Nabi Sulaiman as berada di kamar kecil itulah setan datang dan mendekati bawahannya yang membawa cincin. Rupa dan bentuk setan itu sama persis dengan Nabi Sulaiman as. Sang ajudan pun tidak ragu sedikitpun, lalu diserahkannya cincin itu kepada setan yang menjelma menjadi Nabi Sulaiman as tersebut.

Setelah itu, setan itu memakai cincin itu di jari manisnya.
Setan kemudian menghadap para hulu balang dan duduk dengan tenangnya di atas singgasana kerajaan Nabi Sulaiman as. Saat itu pula maka datanglah semua anggota kerajaan baik yang dari golongan jin maupun manusia, para burung dan binatang lainnya. Mereka semua mengira bahwa yang duduk di singgasana itu adalah Nabi Sulaiman as yang asli.

Ketika Nabi Sulaiman as keluar dari kamar kecil, ia meminta cincin dari anak buahnya tadi, dan betapa kagetnya si anak buah karena cincin tadi telah diberikan kepada Sang Raja. Si anak buah dengan wajah agak heran, lalu bertanya kepada Sang Raja,
"Wahai Sang Raja, siapakah Anda ini?"
"Aku adalah Rajamu wahai pengawalku."
"Ampun paduka, bukankah Tuanku tadi telah meminta cincin tersebut lalu segera pergi keluar dan duduk di singgasana kerajaan..?"

Ditolak Penduduk Sekitar
Namanya juga NABI...
Benar saja, Nabi Sulaiman as telah mengetahui bahwa sesungguhnya setanlah yang telah menipu para pengawalnya.
Nabi Sulaiman as akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan istana menuju tempat yang sepi, yaitu di hutan. Dalam perjalanannya yang jauh itu, kadang-kadang beliau terpaksa meminta makanan kepada penduduk sekitar.

Orang-orang kampung bertanya,
"Wahai Saudara, siapakah Anda ini?"
"Aku adalah Sulaiman bin Dawud," jawab Nabi Sulaiman as.
"Kami tidak percaya. Kalau engkau adalah Sulaiman bin Dawud, pastilah engkau memakai cincin yang bertuliskan Allah SWT," sergah salah seorang penduduk.

Orang-orang penduduk sekitar tidak percaya sama sekali dengan pernyataan Nabi Sulaiman as.
Akhirnya Nabi Sulaiman melanjutkan perjalanan lagi, mengembara selama 40 hari 40 malam dengan menanggung rasa lapar yang amat sangat dan pakaian yang compang-camping, lagi kepalanya terbuka. Beliau datang ke pesisir pantai dan berteman dengan para nelayan yang mencari ikan di laut.

Dibantu Anak Buahnya yang Alim
Pada suatu hari, Ashif bin Barkhaya (seseorang yang diberi ilmu oleh Allah SWT, yang juga anak buah Nabi Sulaiman) berkata kepada kaum Bani Israil, bahwa cincin Nabi Sulaiman as telah diambil alih oleh setan, lalu Nabi Sulaiman as pergi. Ketika setan sedang sedang duduk di singgasana kerajaan, Ashif menolak dengan tegas bahwa dia bukanlah Nabi Sulaiman as. Maka setan itu pun akhirnya lari dan membuang cincin itu ke tengah laut dan dimakan ikan.

Dari situlah Allah SWT mengarahkan Nabi-Nya ke tempat para nelayan dengan tujuan agar Nabi Sulaiman as memburu ikan yang menelan cincinnya itu. Atas perintah Allah SWT, ikan itu merapat ke pinggir dan berhasil ditangkat oleh Nabi Sulaiman as. Setelah itu, perut ikan itu dibedah dan ditemukan sebuah cincin yang beliau cari.

Setelah cincin diambil dan dipakai, Nabi Sulaiman as langsung sujud syukur kepada Allah SWT.
Nabi Sulaiman as akhirnya dapat memimpin kerajaannya kembali seperti sedia kala.
 
Allah SWT berfirman :
"Dan Sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat."
(QS. As-Shaad: 34).


Sumber : http://kisahislamiah.blogspot.com/2013/02/kisah-cincin-nabi-sulaiman-as-hilang.html
READ MORE - KISAH CINCIN NABI SULAIMAN AS. YANG HILANG

Uwais al-Qarni (Tabi`in yang Terkenal dilangit)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah!”
Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu telah menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” “Ada,” jawab mereka.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”
Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”
Dan setiap tahun Umar radhiyallahu ‘anhu selalu menanti Uwais. Dan kebetulan suatu kali dia datang bersama jemaah haji dari Yaman, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya, “Siapa namamu?”
“Uwais,” jawabnya.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Di Yaman daerah mana?’
Dia menjawab, “Dari Qarn.”
“Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar radhiyallahu ‘anhu.
Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.”
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”
“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’
Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”
“Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar radhiyallahu ‘anhu.
“Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga saya diberi kesembuhan.”
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”
Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mohonkanlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untukku!”
Dia berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?”
Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya.”
Umar radhiyallahu ‘anhu meminta dengan terus mendesak kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya.
Selanjutnya Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepadanya mengenai ke mana arah tujuannya setelah musim haji. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.”
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?”
Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”

Sumber:
Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1
READ MORE - Uwais al-Qarni (Tabi`in yang Terkenal dilangit)

KHANSA SANG IBUNDA PARA SYUHADA

Khansa terkenal dengan julukan “Ibunda Para Syuhada”. Ia dilahirkan pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab mulia, yaitu Bani Mudhar. Sehingga banyak sifat mulia yang terdapat dalam dirinya.
Ia adalah seorang yang fasih, mulia, murah hati, tenang, pemberani, tegas, tak kenal pura-pura dan suka berterus terang. Selain keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. Ia terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orang tercinta yang telah tiada. Terutama kepada kedua orang saudara lelakinya, yaitu Muawiyah dan Sakhr yang telah meninggal dunia.
Khansa sering bersyair tentang kedua saudaranya itu sehingga ia ditegur oleh Umar bin Khathab. Umar pernah bertanya kepada Khansa, “Mengapa matamu bengkak-bengkak?”
“Karena aku terlalu banyak menangisi pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu,” jawab Khansa.
Umar berkata, “Wahai Khansa, mereka semua ahli neraka.”
“Justru itulah yang membuatku lebih kecewa dan sedih lagi. Dahulu aku menangisi Sakhr atas kehidupannya, sekarang aku menangisinya karena ia ahli neraka.”
Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Azis As-Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak laki-laki. Melalui pembinaan dan pendidikan tangannya yang dingin, keempat anak lelakinya ini tumbuh menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu para syuhada. Hal itu karenakan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur sebagai syahid di medan Perang Qadisiyah.
Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan sengit di rumah Khansa. Di antara keempat putranya saling berebut kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling menunjuk yang lain untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh-musuh Allah. Rupanya perdebatan mereka itu terdengar oleh Khansa.
Maka Khansa mengumpulkan keempat anaknya dan berkata, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain dia, sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati ayahmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.”
Khansa berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, “Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah. Majulah paling depan, niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akhirat, negeri keabadian. Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Inilah kebenaran sejati, maka berperanglah dan bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya kalian dianugerahi hidup.”
Pemuda-pemuda itu pun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang mati-matian melawan musuh, sehingga banyak yang tewas di tangan mereka. Akhirnya mereka pun satu per satu gugur sebagai syahid. Ketika Khansa mendengar kematian dan kesyahidan putra-putranya, sedikit pun ia tak merasa sedih.
Bahkan ia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggilku dan berkenan mempertemukanku dengan mereka dalam naungan rahmat-Nya yang luas.”
Khansa wafat pada permulaan pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, pada tahun ke-24 Hijriyah.
READ MORE - KHANSA SANG IBUNDA PARA SYUHADA