Ismail Rank

Selasa, 09 Agustus 2011

SEJARAH NAMA2 BULAN HIJRIAH


Mungkin banyak masyarakat Islam indonesia khususnya, mengerti dan sadar akan bulan hijriyah apabila Puasa (Romadhon), Lebaran idul fitri (Syawal), Lebaran Haji (Dzul Hijah), dan Tahun baru Islam (Muharram). Yah lumayan paling tidak sudah empat nama bulan yang familiar di ingatan kita:), namun tak jarang diantara kita tidak hafal dari nama-nama bulan Hijriah tersebut.

Alangkah baiknya kita tahu nama-nama bulan yang lain dan gimana sih supaya rada gampang mengigatnya? Seprti pribahasa bias karena sdah biasa hehehe. Itu yang paling jitu, yaitu kalau kita sering menggunakannya atau mengucapkannya maka kita tidak akan lupa dan terbiasa.

Tapi alangkah baiknya dan biar lebih menggigit yaitu apabila kita tahu sejarah nama-nama bulan diantaranya :
MUHARRAM, konon kabarnya dulu sebelum Islam masuk di semenanjung arab, bulan ini di sepakati sebagai bulan yg diHARAMkan untuk berperang, sehingga dinamankan MUHARRAM. Tetapi pada masa tersebut penanggalan menggunakan kalender LUNISOLAR, yaitu penanggalan dengan acuan matahari. Dan bulan MUHARRAM dan biasa di sebut RA'S SANAH atau kepala tahun, bertepatan dengan berakhirnya musim panas. Yang pada masa itu bertepetan dengan bulan September

SYAFFAR, yang berarti Kuning karena Pada bulan Oktober (Pada masa itu) daun daun mulai menguning sehingga bulan ini dinamakan Syaffar.

RABIUL AWAL, Bertepatan dengan Bulan Nopember (pada waktu itu) daun mulai berguguran, karena kata “RABI” dalam bahasa arab berarti musim gugur.

RABIUL AKHIR, Pada bulan Desember (pada waktu itu) adalah berkhirnya musim gugur, maka buln itu dinamakn Rabiul Akhir “Rabi” yang berarti Musim gugur dan “Ahir” yang berarti selesai.
JUMADIL AWWAL, yang berasal dari kata “JUMAD” yang berarti beku dan AWWAL yang berarti mulai, di sebut jumadil Awwal, yang pada saat itu bertepatan dengan Januari dan
JUMADIL AKHIR yang berarti akhir dari musim beku yang berbarengan dengan bulan Pebruari pada saat itu.

RAJAB, yang pada saat itu bertepatan dengan bulan Maret dimana salju mencair karena ditilik dari segi bahasa Arab kata “Rajab” yang bermakna mencairnya salju, maka di sebut bulan Rajab.
.
SYA`BAN, yang bertepatan dengan bulan april pada masa itu musim semi tiba. Sya`ban yang diambil dari kata “Syi`ib” yg berarti lembah. Mungkin anda bertanya kok bisa dinamakan lembah, sebab pada bulan ini saatnya turun ke lembah lembah untuk mengolah pertanian atau menggembala ternak. Karena musim semi telah tiba.

ROMADHON, yang bertepatan dengan bulan mei yang mana memulai panas membakar kulit, bulan ini dinamai “Romadhon” yg berarti pembakaran.

SYAWWAL, yang bertepatan dengan bulan Juni pada saat itu, adalah disebabkan panas itu yang kian meningkat maka di sebutlah “Syawwal” yang berarti Peningkatan atau Puncak dari musim panas.


DZULQOIDAH, yang bertepatan dengan bulan Juli (pada masa itu), pada musim ini masyarakat lebih senang duduk duduk dari pada bepergian, karena musim panas mencapai puncak tertingginya maka dari itu dinamakan bulan Dzulqoidah, yang mana diambil dari kata Qoi`d yang berarti duduk.

DZUL HIJJAH, Dan terkhir yaitu bualn yaitu bulan haji karena pada bulan itu masyarakat sana menunaikan ibadah haji ajaran nenek moyang kita Nabi Ibrahim a.s.

REFERENSI LAIN DARI SEJARAH BULAN HIJRIAH
Setiap bulan diawali saat munculnya hilal, berselang-seling 30 atau 29 hari, sehingga 354 hari setahun, 11 hari lebih cepat dari kalender solar yang setahunnya 365 hari. Agar kembali sesuai dengan perjalanan matahari dan agar tahun baru selalu jatuh pada awal musim gugur, maka dalam setiap periode 19 tahun ada tujuh buah tahun yang jumlah bulannya 13 (satu tahunnya 384 hari). Bulan interkalasi atau bulan ekstra ini disebut nasi' yang ditambahkan pada akhir tahun sesudah Dzul-Hijjah.\

Ternyata, tidak semua kabilah di Semenanjung Arabia sepakat mengenai tahun-tahun mana saja yang mempunyai bulan nasi'. Masing-masing kabilah seenaknya menentukan bahwa tahun yang satu 13 bulan dan tahun yang lain cuma 12 bulan. Lebih celaka lagi, jika suatu kaum memerangi kaum lainnya pada bulan Muharram (bulan terlarang untuk berperang) dengan alasan perang itu masih dalam bulan nasi', belum masuk Muharram, menurut kalender mereka. Akibatnya, masalah bulan interkalasi ini banyak menimbulkan permusuhan di kalangan masyarakat Arab.
Setelah masyarakat Arab memeluk agama Islam dan bersatu di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW, maka turunlah perintah Allah SWT agar umat Islam memakai kalender lunar yang murni dengan menghilangkan bulan nasi'. Hal ini, tercantum dalam kitab suci Alquran Surat Attaubah ayat 36 dan 37. Dengan turunnya wahyu Allah di atas, Nabi Muhammad SAW mengeluarkan dekrit bahwa kalender Islam tidak lagi bergantung kepada perjalanan matahari.
Meskipun nama-nama bulan dari Muharam sampai Dzul-Hijjah tetap digunakan karena sudah populer pemakaiannya, bulan-bulan tersebut bergeser setiap tahun dari musim ke musim, sehingga Ramadhan ("pembakaran") tidak selalu pada musim panas dan Jumadil-Awwal ("beku pertama") tidak selalu pada musim dingin.Mengapa harus kalender lunar murni?
Hal ini, disebabkan agama Islam bukanlah hanya untuk masyarakat Arab di Timur Tengah saja, melainkan untuk seluruh umat manusia di berbagai penjuru bumi yang letak geografis dan musimnya berbeda-beda. Sangatlah tidak adil, jika misalnya Ramadhan (bulan menunaikan ibadah puasa) ditetapkan menurut sistem kalender solar atau lunisolar, sebab hal ini mengakibatkan masyarakat Islam di suatu kawasan berpuasa selalu di musim panas atau selalu di musim dingin.

Sebaliknya, dengan memakai kalender lunar yang murni, masyarakat Kazakhstan atau umat Islam di London berpuasa 18 jam di musim panas, tetapi berbuka puasa pukul empat sore di musim dingin. Umat Islam yang menunaikan ibadah haji pada suatu saat merasakan teriknya matahari Arafah di musim panas, dan pada saat yang lain merasakan sejuknya udara Makkah di musim dingin.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, penyebutan tahun berdasarkan suatu peristiwa yang dianggap penting pada tahun tersebut. Misalnya, Nabi Muhammad saw lahir tanggal 12 Rabi`ul-Awwal Tahun Gajah ('Am al-Fil), sebab pada tahun tersebut pasukan bergajah, raja Abrahah dari Yaman berniat menyerang Ka'bah.

Ketika Nabi Muhammad saw wafat tahun 632, kekuasaan Islam baru meliputi Semenanjung Arabia. Tetapi, pada masa Khalifah Umar ibn Khattab (634-644) kekuasaan Islam meluas dari Mesir sampai Persia. Pada tahun 638, Gubernur Irak Abu Musa al-Asy`ari berkirim surat kepada Khalifah Umar di Madinah, yang isinya antara lain: "Surat-surat kita memiliki tanggal dan bulan, tetapi tidak berangka tahun. Sudah saatnya umat Islam membuat tarikh sendiri dalam perhitungan tahun."

Khalifah Umar ibn Khattab menyetujui usul gubernurnya ini. Terbentuklah panitia yang diketuai Khalifah Umar sendiri dengan anggota enam Sahabat Nabi terkemuka, yaitu Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Talib, Abdurrahman ibn Auf, Sa`ad ibn Abi Waqqas, Talhah ibn Ubaidillah, dan Zubair ibn Awwam. Mereka bermusyawarah untuk menentukan Tahun Satu dari kalender yang selama ini digunakan tanpa angka tahun. Ada yang mengusulkan perhitungan dari tahun kelahiran Nabi ('Am al-Fil, 571 M), dan ada pula yang mengusulkan tahun turunnya wahyu Allah yang pertama ('Am al-Bi'tsah, 610 M). Tetapi, akhirnya yang disepakati panitia adalah usul dari Ali ibn Abi Talib, yaitu tahun berhijrahnya kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah ('Am al-Hijrah, 622 M).

Ali ibn Abi Talib mengemukakan tiga argumentasi. Pertama, dalam Alquran sangat banyak penghargaan Allah bagi orang-orang yang berhijrah (al-ladzina hajaru). Kedua, masyarakat Islam yang berdaulat dan mandiri baru terwujud setelah hijrah ke Madinah. Ketiga, umat Islam sepanjang zaman diharapkan selalu memiliki semangat hijriyah, yaitu jiwa dinamis yang tidak terpaku pada suatu keadaan dan ingin berhijrah kepada kondisi yang lebih baik.
Maka, Khalifah Umar ibn Khattab mengeluarkan keputusan bahwa tahun hijrah Nabi adalah Tahun Satu, dan sejak saat itu kalender umat Islam disebut Tarikh Hijriyah. Tanggal 1 Muharram 1 Hijriyah bertepatan dengan 16 Tammuz 622 Rumi (16 Juli 622 Masehi). Tahun keluarnya keputusan Khalifah itu (638 M) langsung ditetapkan sebagai tahun 17 Hijriyah. Dokumen tertulis bertarikh Hijriyah yang paling awal (mencantumkan Sanah 17 = Tahun 17) adalah Maklumat Keamanan dan Kebebasan Beragama dari Khalifah Umar ibn Khattab kepada seluruh penduduk Kota Aelia (Yerusalem) yang baru saja dibebaskan laskar Islam dari penjajahan Romawi.
Kalender Hijriyah setiap tahun 11 hari lebih cepat dari kalender Masehi, sehingga selisih angka tahun dari kedua kalender ini lambat laun makin mengecil. Angka tahun Hijriyah pelan-pelan 'mengejar' angka tahun Masehi, dan menurut rumus di atas keduanya akan bertemu pada tahun 20526 Masehi yang bertepatan dengan tahun 20526 Hijriyah. Saat itu, kita entah sudah berada di mana. "Demi waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian." Begitulah, pesan Alquran dalam surah Al-'Ashr.

Ikhtisar
· Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab memakai kalender lunisolar yang berpatokan pada matahari.
· Pada kalender tersebut, setiap 19 tahun terdapat tujuh tahun yang mendapat tambahan bulan untuk menyesuaikan awal tahun dengan musim gugur.
· Penetapan penambahan bulan kerap memicu pertikaian di antara para suku.
· Turun perintah Allah untuk menggunakan kalender lunar murni.
· Kalender lunar murni memberikan keadilan bagi seluruh warga bumi, misalnya dalam hal beban puasa.
· Khalifah Umar ibn Khattab memutuskan peristiwa hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah sebagai tahun 1 yang diusulkan Ali ibn Abi Thalib.
1. Muharram = Haram Berperang (Awal Tahun/Tahun Baru)
2. Syaffar = Kuning (Daun Mulai Menguning)
3. Rabi'ul Awwal = Rabi (Gugur) = Awal Musim Gugur
4. Rabi'ul Akhir = Rabi (Gugur) = Akhir Musim Gugur
5. Jumadil Awwal = Jumaid (Beku) = Awal Musim Dingin
6. Jumadil Akhir = Jumaid (Beku) = Akhir Musim Dingin
7. Rajab = Rajab ( Mencair )
8. Sya'ban = Syi'ib (Lembah) = Mulai Bercocok Tanam Dan Menggembala/Di Lembah
9. Romadhon = Pembakaran = Mulai Musim Panas
10. Syawwal = Peningkatan = Panas Meningkat
11. Dzul Qoidah = Qo'id ( Duduk) = Puncak Musim Panas
12. Dzul Hijjah = Haji = Pelaksanaan Ibadah Haji
READ MORE - SEJARAH NAMA2 BULAN HIJRIAH